Risiko Stroke Lebih Tinggi Jika Jantung Berdebar Tak Keruan





img
Ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Saat merasa cemas atau mendadak kehilangan rasa percaya diri, jantung sering berdebar-debar. Pada umumnya gejala ini bisa dianggap wajar, namun jika berdebarnya tidak keruan maka perlu diwaspadai sebagai faktor risiko serangan stroke.

Ahli jantung dari RS Jantung Harapan Kita, Dr Yoga Yuniadi, SpJP(K) mengatakan jantung berdebar adalah salah satu gejala Atrial Fibrilation (AF), sejenis gangguan irama jantung. AF sendiri merupakan faktor risiko serangan stroke iskhemik yang dipicu oleh penyumbatan pembuluh darah.

Pada penderita AF, jantung tidak sempurna memompa darah sehingga masih ada sebagian yang tertinggal di atrium atau serambi jantung. Darah yang tertinggal ini punya kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggumpal, lalu sewaktu-waktu bisa terbawa ke otak dan memicu stroke.

Selain jantung berdebar, gejala lain yang menandakan adanya gangguan AF adalah sebagai berikut.

1. Denyut jantung tidak teratur
2. Gemetar
3. Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
4. Susah bernapas
5. Pusing dan pingsan.

Meski demikian, dalam banyak kasus jantung berdebar adalah hal yang wajar dan tidak ada kaitannya dengan risiko stroke. Misalnya saat tampil di depan umum dan tiba-tiba kehilangan rasa percaya diri, maka kebanyakan akan mengalami jantung berdebar dan itu bisa dikatakan wajar.

"Berdebar itu artinya apa? Dikatakan berdebar itu jika detak jantungnya terasa, belum tentu terlalu cepat atau terlalu lambat. Dalam kondisi normal, detak jantung tidak terasa atau tidak disadari," ungkap Dr Yoga dalam konferensi pers Hari Stroke Sedunia "Kenali Risikomu, Cegah Stroke" di Hotel Intercontinental Midplaza, Kamis (27/10/2011).

Dalam kondisi istirahat, denyut jantung orang dewasa normalnya berada di rentang 60-100 permenit. Jika kurang dari 60 permenit maka dikatakan rendah atau bradikardi, sedangkan jika lebih dari 100 permenit maka dikategorikan terlalu tinggi atau takikardi.

Frekuensi denyut jantung saja belum cukup untuk mendiagnosis AF, sebab masih harus dilihat iramanya. Karena itu harus diperiksa dengan Elektrokardiografi (EKG), jika iramanya teratur maka berdebarnya masih normal sedangkan jika tidak keruan barulah dikatakan AF.

Dibanding gangguan jantung dan pembuluh darah lainnya seperti hipertensi dan gagal jantung, AF paling banyak berhubungan dengan serangan stroke. Dengan kata lain, risiko stroke paling meningkat pada penderita